Tag Archives: puisi

Welcome November Rain!

cakrawala pagi tampak lebih cerah hari ini
matahari tak seangkuh biasanya
mungkin karena rintik hujan yang sempat membasahi bumi 

aku pergi mengunjungi ruang jiwa
ingin melihat kotak khayal
dan memeriksa isinya

membuka lembaran baru bulan november
ditemani segelas cokelat panas..

berdiri di depan jendela kamar
sambil memandangi rintik hujan
yang mulai berjatuhan liar kemudian menderas
lalu meninggalkan Continue reading

dengannya.denganmu.hanya itu.

aku ingin keluar dari dunia
berteriak sekuat tenaga pada ibu

“aku lelah bu, lelah sekali”, keluhku.

“kau baru berdiri di garis start, bahkan belum berlari nak” katanya sambil tersenyum.

pelupuk mataku tak mampu menahan lagi air mata
ibu tak terbiasa memelukku
katanya.. supaya aku sekuat baja
kata mereka, baja tak ada apa-apanya dariku
aku rasa mereka keliru
kapas pun lebih kuat dari atmaku
ia rapuh, terlalu rapuh bahkan

atau itu.. hanya rasaku?

aku muak dengan topeng
aku muak dengan fana
tapi kadang aku juga perlu untuk bertahan
ya.. munafik memang

seandainya aku punya sayap
agar tak usah berlari lagi
aku ingin mengunjungi nevereverland
belajar memandang dunia lewat sebuah lensa suara
agar tak ada lagi tatap
bahkan topeng pun entah untuk apa
agar tak usah berlari
tapi beriring bersama
bergerak bersama dengan canda

dengannya
denganmu
dengan cinta
dengan rasa..

hanya itu.

menapak.bergerak.melaju.

degup jantung terasa semakin kencang

memenuhi seluruh rongga telinga

juga ruang di kepala..

tak ada lagi yang tersisa bahkan

untuk mendengar dengung lain

langkah kaki berlari, berpacu dengan waktu

mengejar kereta yang sesak menyeruak

dipenuhi insan-insan dengan rupa entah apa

“hei, jangan masuk lagi, sudah tak ada ruang” kataku.

tapi nampaknya suaraku bak angin lewat

atau mereka yang tak mengerti bahasa manusia?

aku rasa mereka dengar namun acuh lebih baik nampaknya

mereka hanya ingin melaju

berpacu dengan waktu

ya.. sama sepertiku..