degup jantung terasa semakin kencang
memenuhi seluruh rongga telinga
juga ruang di kepala..
tak ada lagi yang tersisa bahkan
untuk mendengar dengung lain
langkah kaki berlari, berpacu dengan waktu
mengejar kereta yang sesak menyeruak
dipenuhi insan-insan dengan rupa entah apa
“hei, jangan masuk lagi, sudah tak ada ruang” kataku.
tapi nampaknya suaraku bak angin lewat
atau mereka yang tak mengerti bahasa manusia?
aku rasa mereka dengar namun acuh lebih baik nampaknya
mereka hanya ingin melaju
berpacu dengan waktu
ya.. sama sepertiku..
Kadang kita egois pada diri sendiri…
apa lagi orang lain?
pernahkah kita berkaca pada diri sendiri?
bukankan kita sama dengan mereka?
hanya kebesaran jiwa yang kita perlukan.
isn’t it???
Selamat berpacu dalam berblog ria kembali.
hehehe.
Salam,
Terus menulis Luci… jangan pernah berhenti!
Saya senang sekali bisa membaca RUANG JIWA mu.
Dodi
hidup memang begitu . . .
jadi jalanin aja dengan apa adanya . . .
dan bisa mengkondisikan diri di mana saja kita berada, tanpa harus membuamg idealis kita…
yo semangatttttttttt terusssssssssssssssss
BERGERAK!! MAJU!!
atau tergantikan…..
keren!!
Kita,,,naluri ‘kan tetap tidak akan hilang
untuk saling memangsa, demi tetap kokoh
tapi, yang paling dapat menahan geliat nafsu
akan menjadi pemilik gelimpangan tawa.
kita,,,bisa untuk tidak menjadi mereka.