Hari ke-7 (7 Oktober 2013): Menyebrang dari Jawa ke Bali (via Pelabuhan Ketapang – Gilamanuk)
I hate harbor, especially Padang Bai. Pengalaman pertama kali menyebrang balik dari Gili Trawangan ke Bali akhir tahun lalu adalah pengalaman yang paling tidak mengenakkan. Saya dan sahabat-sahabat saya dipaksa oleh preman lokal untuk naik mobil travel mereka padahal kami sudah menyewa mobil. Sejak saat itu, kalau pergi ke suatu detinasi ada pilihan naik pesawatnya, mendingan naik pesawat deh. *sok banget padahal kere*
Until one year later and this road trip made me facing several harbors again. Pelabuhan Ketapang dan Gilimanuk adalah dua pelabuhan pertama yang harus kami lalui untuk sampai ke destinasi ke-5, yaitu: Desa Sade Rambitan di Lombok.
Sekitar jam 10, selepas makan pagi di Taman Nasional Baluran, seluruh tim Terios 7 Wonders pergi menuju ke Pelabuhan Ketapang. Jaraknya dekat sekali, tidak sampai satu jam kami sudah mengantri untuk pemeriksaan di kelengkapan surat-surat mobil. By the way, seneng deh hari ini bisa dibilang cukup santai, agendanya cuma nyebrang dari Jawa ke Bali, ngejar destinasi hidden paradise ke-5 baru besoknya.
Surprisingly, kondisi pelabuhan dan kapal ferry penyebrangan di pagi hari ternyata tidak sekejam pada sore atau malam hari. I enjoy it and Gilimanuk is one of the photogenic harbor for me. Sayang, karena waktu penyebrangannya tidak sampai satu jam juga, saya terlalu asik foto-foto di luar tidak sempat mengambil gambar di dalamnya.
Perfect weather, perfect scenery, perfect companions, i was falling in love. Penyebrangan Ketapang-Gilimanuk adalah pengalaman penyebrangan antar pulau yang mengesankan untuk saya.

Can you see the turquoise color? One thing i like from east Indonesia’s sea is we can swim there! *abaikan modelnya :p

Here we go: Gilimanuk Harbor. Paduan warna kuning, biru, barisan bukit, dan detail gapura khas Bali membuat pelabuhan ini fotojenik!
Info harga tiket penyebrangan Ketapang – Gilimanuk (per-Oktober 2013):
– Penumpang dewasa: Rp 6.500/orang
– Penumpang anak-anak: Rp 5.500/orang
– Sepeda: Rp 8.000/unit
– Sepeda motor: Rp 19.000/unit (>500 cc) – Rp 36.000/unit (>500cc)
– Mobil/sedan: Rp 124.000/unit
– Mobil barang: Rp 112.000/unit
– Bis: Rp 231.000/unit (sedang & Rp 396.000/unit (besar)
– Truk barang: Rp 186.000 – Rp 977.000 (tergantung besarnya)
Sampai jumpa di cerita dan foto-foto penyebrangan via pelabuhan saya selanjutnya! 😉
Jatuh cinta kok ama pelabuhan sih? kasihan tuh si mantan ama si driver #baladacintasegitiga
Wuahahaha… Puput PARAH! *ngakak guling-guling.
aih jadi inget balada tahun lalu waktu di Padangbai. 😐 Tapi gapapa jadi seru ada cerita yak. Kalo kata McDreamy, “I have a thing for ferryboats” senengnya kalo pas nyebrang lagi terang jadi bisa liat pemandangan. Ga ketemu lumba-lumba Cay?
Kalo gitu aku jadi pelabuhan boleh deh, tempat berlabuh hatinya neng Uci *terbang* 😆
kerok lho put
kalo baca komen dari peserta, gue curiga upit pasti ada cinlok deh hahahaha *upit ga dimana2 yah* *kambing dibedakin aja upit doyan* hahahaha
Hahaha anyinggg. Itu mah komen di bawah kerjaan blogger yg merangkap jadi wartawan insert aja =)))
ah tau gitu nitip DVD dangdut pake bahasa Bali di kapal…