Disclaimer:
Cerita di postingan blog ini bukan cerita tentang destinasi-destinasi di Desa Sawarna, cerita ini berisi pengalaman saya ketika pergi mengunjungi Sawarna bersama tim Terios 7 Wonders.
Hari keberangkatan (Selasa, 1 Oktober 2013): Sentul – Sawarna, Bayah, Banten.
Insomnia selalu melanda ketika keesokan harinya saya akan traveling atau akan menghadapi sesuatu yang penting. Ada yang sering kaya gitu juga nggak? Teorinya, tidur cukup sebelum road trip menjadi syarat mutlak supaya stamina tubuh tetap terjaga selama perjalanan panjang. Kenyataannya: boro-boro euy, meskipun sudah membersihkan koper dari satu minggu sebelumnya, tetap saja saya packing di jam-jam terakhir sebelum berangkat.
Tapi, meskipun tidurnya nggak cukup, semangat saya tak pernah padam *nyanyi lagu Sandy Sandhoro*. Saya bergabung jam enam pagi dengan beberapa teman lain di pom bensin Gatot Subroto untuk kemudian berangkat ke tempat keberangkatan seluruh tim di Sentul City.
Rute Menuju Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Banten.
Perjalanan ke Sawarna kali ini membuat tubuh saya letih sekali. Namun, saya beruntung bisa satu mobil dengan tiga orang yang I found later that they’re really crazy and know to have fun. Yang bikin tambah seneng, tidur di kursi belakang nyenyak banget karena guncangannya nggak terasa. Kalau kata Om Toni, jurnalis majalah Auto Bild (Kompas Gramedia) yang juga berperan sebagai team leader dalam perjalanan ini, suspensinya Terios disetting empuk. Pantesan, saya nggak bangun aja dong padahal sudah melewati banyak jalanan rusak. :’)
Rute yang dipilih oleh tim Terios 7 Wonders menuju Sawarna ini adalah rute-rute jalan pintas yang kondisinya bisa dibilang agak ekstrim untuk mobil Terios. Kami melewati jalur Sentul – Pamoyanan – Cijeruk – Lido – Cicurug – jalur alternatif Sukabumi – Pelabuhan Ratu – Citepus – Cisolok – Bayah – Desa Sawarna. Jalan yang berliku dan menanjak pun menjadi makanan tujuh mobil Terios ketika mulai melewati jalur alternatif. Deg-degan? Banget! Tapi semuanya terbayar ketika pemandangan laut di pinggir tebing mulai memanggil-manggil. Bentangan sawahnya juga tak mau kalah membuat mata yang kriyep-kriyep ini menjadi segar kembali.
Karena mobil tim saya berperan menjadi sweeper, kami bisa melihat jelas kendala yang dialami mobil-mobil lain ketika melewati daerah perbukitan.
“Waduh, kenapa itu pada turun, nggak kuat nanjak ya mobilnya?” Saya bangun dari tidur ketika merasakan mobil kami yang posisinya paling belakang berhenti cukup lama.
“Ah, itu yang nyupirnya aja. Tanjakannya mah gampang.” ujar Rizky, salah satu jurnalis yang berperan sebagai pengemudi kami di mobil nomor 7 selama road trip ini.
“Beuh, man behind the gun!” Saya berseru sambil tertawa senang karena mobil kami mampu melewati tanjakan terjal yang hampir mencapai 45 derajat dengan mudah setelah istirahat makan siang di daerah Pelabuhan Ratu.
Setelah melewati banyak tanjakan dan tikungan yang cukup ekstrim, sebenarnya saya masih penasaran apakah benar mobilnya sesanggup itu. Karena sebagai penumpang di mobil sweeper, saya terlalu sering melihat mobil lain berhenti. Selain karena kebutuhan untuk shooting, tentunya karena tanjakan dengan kondisi jalan rusak dan berbatu.
I found later that the cars wasn’t ready enough. Mobil yang dipakai untuk jalan jauh selama empat belas hari harus digunakan minimal 200km (setara dengan Jakarta- Bandung PP) dulu sebelum dipakai untuk road trip selama empat belas hari.
“Sayangnya kita lupa itu, mobilnya fresh banget dari pabrik, baru kepake 2-4 km. Semoga persiapan tahun depan lebih teliti.” kata Bu Amel, Direktur Marketing Daihatsu ketika saya mengobrol santai dengan beliau di kapal menuju Pulau Komodo.
Kehidupan di Desa Sawarna.
Perjalanan panjang selama tujuh jam akhirnya terbayar. Semilir angin sore dan keramahan penduduk setempat menyambut kedatangan kami di Desa Sawarna, Bayah, Banten. Sebelum menaruh koper-koper ke dalam kamar, saya dan seluruh anggota tim jalan-jalan di sekitar desa hingga ke pantainya. Karena ini adalah kali kedua mengunjungi Sawarna, potret kehidupan di desa terlihat lebih menarik untuk saya daripada harus terburu-buru melangkahkan kaki ke kawasan wisatanya.

Jembatan menuju Desa Sawarna. Harus ngantri di ujung jalan kalau ada motor yang sedang lewat dari arah berlawanan.
Sama seperti desa pada umumnya, ritme kehidupan di Sawarna sangat lambat untuk orang yang terbiasa tinggal di Jakarta seperti saya. Para wanita sedang santai di halaman rumah masing-masing, ada yang bersenda gurau, ada yang menjaga warungnya, ada yang baru selesai mandi, ada yang sedang memperhatikan anaknya bermain, dan ada yang duduk-duduk saja sambil melemparkan senyum ke arah saya dan teman-teman tim Terios 7 Wonders.
Di antara semua pemandangan sore itu, kaki saya terhenti di ruang kerja terbuka seorang bapak yang berumur sekitar empat puluhan. Namanya Pak Roni, ia sedang sibuk mengamplas kursi kayu panjang yang terbuat dari batang pohon kelapa ketika saya menghampirinya.
“Wah, mau dijual kemana pak kursinya?” tanya saya penasaran sambil memperhatikan detail kursinya.
“Yang lagi saya kerjain ini pesanan dari Jakarta.” Pak Roni membalas jawaban saya dengan tersenyum. Ia tampak menikmati sekali pekerjaannya sore itu.
Berbeda dengan penduduk desa lainnya yang bermatapencaharian sebagai nelayan atau petani, Pak Roni sudah memulai usaha mebel kayunya sejak dua puluh tahun lalu. Selain dari penduduk setempat, pelanggan Pak Roni datang dari kabupaten-kabupaten di sekitaran Desa Sawarna.
“Awalnya mereka jalan-jalan saja ke desa ini, sama kaya turis lain, tapi pas liat kursi dan meja yang saya bikin, mereka suka dan langsung beli.” Pak Roni lalu menjelaskan bahwa usahanya bisa berkembang pesat karena promosi dari mulut ke mulut. Untuk 1 meja, 1 kursi besar, dan 2 kursi kecil, Pak Roni membanrol harga sebesar 4,5 juta. Beliau juga ternyata tidak membutuhkan modal karena ia membuat meja dan kursinya berdasarkan pesanan. Karena banyak perkebunan kelapa di Desa Sawarna, Pak Roni tidak pernah kesulitan menemukan bahan baku untuk barang dagangannya.
“Masih kerja aja Pak padahal udah mau maghrib, pesanan laris manis ya?” Saat saya bertanya, senja sudah mulai menampakkan wajahnya.
“Alhamdulillah, neng.” Senyum Pak Roni menghiasi wajahnya ketika saya berpamitan untuk menikmati langit berhiaskan matahari terbenam di Pantai Ciantir. Bahagia itu sederhana. Senang rasanya sempat mengobrol dengan penduduk lokal di tengah-tengah perjalanan yang itinerarynya tergolong cukup padat ini.

Hari pertama yang tidak ambisius. Saya dan Mumun memilih untuk bersantai menikmati senja ketika teman-teman lain mengunjungi pantai lainnya.
Fakta tentang Sawarna:
- Sawarna itu adalah nama DESA, bukan PANTAI. Nama pantai-pantai yang ada di Desa Sawarna adalah: Pantai Ciantir/Pasir Putih, Pantai Tanjung Layar, Pantai Legon Pari, dan Pantai Karang Taraje.
- Pantai-pantai di Desa Sawarna adalah jenis pantai selatan yang berbahaya untuk dipakai berenang, namun cocok untuk dipakai surfing karena berombak. Jika anda membawa anak-anak, pastikan mereka bermain jauh dari bibir pantai.
- Selain terkenal dengan pantai-pantainya, Sawarna terkenal dengan bentangan sawahnya yang hijau dan luas serta goa tempat peristirahatan kalelawar: Goa Lalay dan goa yang dulunya sempat menjadi tempat peristirahatan pasukan Jepang saat perang: Goa Langir.
- Penginapan di Sawarna harus dibooking dari jauh-jauh hari jika anda merencanakan liburan di antara bulan Juni-Juli dan liburan tahun baru. Selain pada waktu-waktu tersebut, Sawarna sangat sepi, bahkan tergolong “kosong turis”.
- Meskipun ber-tagline “Kawasan Wisata Ramah Lingkungan”, masih terdapat banyak sampah di pantai dan kendaraan bermotor yang lalu lalang di sekitar desanya. Tak jarang juga vandalisme terjadi di tempat-tempat wisatanya.
Baca ini jadi inget pas bersepeda dari Jakarta ke Sawarna. Bedanya waktu itu lewat Bogor. Tapi naik ke jalur alternatif Cikidang juga, yg tanjakannya gradient 22%, pasti disini mobil harus pake gear satu dan kami yg pake sepeda harus effort 101% atau menyerah dan akhirnya nuntun sepeda keatas. Tapi seru. Sesampai di gate desa sawarna ternyata masih 12km lagi sampai desanya, dan offroad, kebetulan waktu itu pake roadbike, jadi cukup tricky karena turunannya cukup curam dan ga ada aspal.
Semua terbayar pas udh masuk desa dan akhirnya bersantai di pantai ngeliat batu Tanjung Layar.
Tinggal mikir jalan baliknya gimana XD
ada tulisannya di blog nggak Za? penasaran euy!
Wah wah pake foto punya orang gak gratis ini, harus bayar pokoknya 😆
bayar pake foto bareng aja ya? :p
ciye ciyee….
Wow, pantainya keren banget.
Jadi pengen ke sana.
Ada kontak penginapannya gak?
Ada Tra, itu di foto paling bawah gw kasih nomor penginapannya. 😀
Daihatsu Terios butuh Inreyen sedikitnya 100 kilometre dulu, performanya baru maksimal. Soal suspensi, Terios disetting empuk melintas d jalan rusak sekalipun. Buktinya mpok Uci sampe terlelap.he.he..
Empuk banget Om Toni, gajrak gujruk sampe ga berasa. :)) Ayo, kamu ngeblog soal otomotif juga dong!
Tanjakan! :)) kondisi mobil memang harus mantep kalo udh tau ada tanjakan ekstrim di rute road trip, plus skill driver-nya sih….
Sayang jg dari Daihatsu-nya malah lupa inreyen 100-200 KM ya, kasian mobilnya. Tahun dpn gw ingetin deh….*berharap diajak* :))))
Liat pemandangan indah saat road trip itu sangat menyegarkan memang, ini salah satu hal yg dijamin bisa bikin rasa cape sekonyong2 hilang setelah berjam2 duduk di mobil!
Untungnya ga ada masalah berarti meskipun Daihatsu lupa inreyen 100-200km. *berasa ngerti istilah otomotif* Liat pemandangan indah emang nyegerin mas, tapi lebih nyegerin kalo ditambah liat pasangan sendiri yang jadi penumpang kalo lagi road trip. MUAHAHAHHAAA
Pingback: #Terios7wonders 7 Tips Hadapi Road Trip Panjang | lucianancy.com
Eh liat foto yg pertama, tangannya Wira ampe ditato lucianancy.com ciye ciyeee…… uhuyyy
Itu namanya the art of putting the watermark tau. :p
ciye ciyeee…. 😛
Terios suspensinya top banget,gak cuma sampai disitu,tenaganya pun semakin oke setelah melewati masa inreyen,dan di tambah driver yang berpotensi hehehehe,untuk melahap trek,Pl Ratu-sawarna,ya cuma ngingetin aja kalo yang blm lihay jangan mencoba jalur PL ratu-Sawarna karna berbahaya.eeeuuuuuyyyyyy
Iya setujuu, kalo nyetirnya belum jago, jangan lewat Pelabuhan Ratu!
bicara man behind the gun setuju banget tuh.
pada dasarnya mobil di design dengan batasan tertentu.
tapi siapa yang dibalik kemudi bisa memaksimalkan kendaraanya.
untuk desa sawarna yang mungkin menurut saya, sayangnya kurang bersih dan masih jauh untuk dijangkau, jadi masih kurang banyak wisatawan yang ingin dateng kesana.
semoga dengan adanya event daihatsu 7 wonder bisa mengexpose tempat2 yang jarang dikunjungi jadi sering di kunjungi.
Amin! Semoga tahun depan diajak lagi sama Daihatsu. *doa kenceng*
Eh eh eh, dr dulu cita2 pengen bikin furniture dari kayu kelapa. Ada kontak Pak Roni, cy?
Ada banget! Ini ya nomornya Pak Roni: 0819.06147439 😉
wew. Pantai Tanjung Layarnya cakep. seperti lembaran batu – batu yang ditumpuk tak beraturan. jadi pengen ke sana bareng pasangan :p
Itu pas lagi surut tuh makanya keliatan, ke sana dong, ditunggu foto-fotonya ciamiknya ya!
First of all.. Congratzz yaa cii.. Acaranya sukses, lancaar..hehee ngomongin event terios 7wonder ini pasti diawaki sama men behind the gun yang emang pastii saiikk2 ya ci.. Bicara tentang sawarna.. 3 taun belakangan ini gw bolak-balik kesana dengan berbagai macam jenis kendaraan, sejauh ini ga ada masalah kak uci.. Memang ada beberapa titik seperti tanjakan dngan gradien tertentu, tikungan dengan radius yg lumayan tajem, jalanan rusak, dll tapi semua itu menurutku bisa diminimalisir dengan manajemen perjalanan yg baik ya kak uci.. Pemilihan sdm, driver, navigator, mechanik, logistik yg baik, pemilihan tempat untuk istirahat, dll.. Wahh seru deh kalo ngomongin operasional nih kak uci.. Seharusnya kalo dr sisi kendaraan, ga ad masalah karena jalan yg ditempuh mostly on road ya ci, ga ad yg off road.. Dan yang paling penting sih kalo emang mw ngetes mobil, ga dianjurkan sih buat yang namanya konvoi or babaduyunan.. Maksimal rombongan terdiri dr 3 kendaraan ajahh, kecuali kalo emang jalanan sepiii banget.. Selain mengganggu pengguna jalan yg lain jg bisa berbahaya loh kak uci.. Dan kalo emang baruu mw di tes banget mobilnya.. Ga disarankan sih ad penumpang yg ikut.. Ini dr sisi keselamatan ajahh..hehhee but anyway.. Apapun bentuk eventnya, mw pribadi, or apalahh gt, saling mengingatkan dan selalu cross check terhadap apapun.. Adat istiadat setempat, bentuk2 kearifan lokal, dll.. Aaahhhhhh.. Kalo ad event2 ginii dikontak-kontak ya kak uci.. Gudluck yaa, sukses selalu, keep exploring Indonesia.. Godspeed.. 🙂
Bung Tommy! Luar biasa sharingnya, thanks a lot ya! 🙂
dan aku baru tau soal sawarna dari blognya kak uci.. -__-“
Wah, kalo pulang ke Indonesia, nanti kamu mampir ke sana ya. ^^
Aku baru pernah denger Sawarna dari cerita temen – temen aku doang euy. Keliatannya tempatnya asik euy. Kalo mau kesana, kira – kira enaknya gimana ya buat penginapannya? (Kalo nggak pas peak season)?
aduh pantaaai! bikin mupeng nih baca tulisan Ucay. padahal lumayan deket ya dari Jekerdah tapi belum pernah mampir ke Sawarna. harus diagendakan kayanya nih kesana. thanks for sharing :*
ayo liburan bareng lagih :*
Inget sawarna, jadi inget kejadian kamera tewas.. 😐
yang di tanjung layar itu ya? 😦
Aaaak! perjalanan ke pelabuhan ratu itu ga pernah gue nikmatin! Jalanan kelak-kelok bikin muaaal! Tapi pengen ke Sawarna. Tapi tidur sepanjang jalan aja, boyeh?
kemarin gue juga kebanyakan tidurnya kok :’)
Upit ini baru Sawarna loh yaa masih ada 6 sisanya lagi dan gw semakin excited baca yg selanjutnya. Btw Terios baru ini harganya berapa? Mau minta beliin aahh sama Om Broto hahaha
Titip beliin tiga ya ki! jadi kalo bosen, bisa ganti-ganti warna. Muahaha..
sawarna lagi..lo beli fanta harga 10 ribu di pinggir pantai ga? hahaha
Hahaha kalo kali ini perjalanannya ga usah mikir duit Gres, ada bendaharanya. xD
main ke daerah Sukabumi cuma mentok sampe Cimaja hahaha… padahal ke Sawarna tinggal dikit lagi dan ada penyewaan mobil, sekarang jadi nyesel pas liat foto-foto bagus di blog lo Cay :p enaknya di daerah sana, lo bisa dapet 2 “rasa” dalam sekali pandang, rasa pantai dan rasa sawah karena pantai sama sawahnya sebelahan maaaak hehehe…ntar kesana lagi yuk bareng-bareng!
blogger kesayangan???hmmmm…..
“Hari pertama yang tidak ambisius” >>> ciyus lo kak? Tau gt hari2 selanjutnya gw yang berangkat mah. Haha.. Jadi nambah lagi deh list destinasi yg harus disambangi di pulau Jawa dan paling spesial akan lebih nyaman memang bawa kendaraan sendiri (*kali2 besok terios new series ini muncul depan garasi hehe :p)
Haha ga ambisius karena masih blm bisa adaptasi dek xD masih jackpot euy..
aku pas ke sawarna harus turun dari mobil juga tuh di tanjakannya kak. padahal waktu itu udah malem. Hahaha. Super banget itu kalo nggak harus turun dulu :p
Waktu dulu ke sawarnanya ketengan. sampe sana nebeng tour org :)).. ga ketemu org2 yg lagi surfing, ci?
Nyesel nih, belum sempet ke Sawarna sebelum ninggalin Jawa 😦
mantap gan, wahh indah banget kayanya 😀
makasih udah mampir ya, jangan lupa mmapir di tulisan-tulisan lainnya. 😉
Ke sawarna gak sampe khatam. karena kita satu tim kena ombak dan ada satu anak yang jatuh dari karang setinggi 3 meter. Ada warga yang cerita itu ga? kalo iya, itulah kami hahaha.. Alhamdulillah selamat semua.
Ya ampunnn, ada cerita di blognya ga kak?
Ka luci,,aku izin copy gambar2nya ya ^^
halo.. silahkan dicopy gambarnya, tapi jangan lupa dikasih keterangan sumber gambar dari http://www.lucianancy.com ya ^^
Pingback: [Terios7Wonders] Girls On Board | Be Yourself Woman | @lusitris
saya suka bagian krucil difoto itu. anak kecil begitu itu ya, pas liat hasilnya pada lunjak-lunjak kegirangan :))
bagus oy hasil fotonya. terutama foto pantai tanjung layar 🙂
Pingback: [Terios7wonders] Ketika Blogger dan Terios berpetualang di 7 Hidden Paradise, serunya.. | yuniarinukti.com
pengn deh ke sawarna. .tpi belum lihay nih klo nyetir. .gimana dong??