Reunian sama teman-teman petualang, belajar banyak hal seputar traveling, ketemu teman-teman baru, dan dapet hadiah kuis? What a perfect weekend for me 😉
Hari Sabtu, 8 Januari kemarin, saya dan teman-teman mengikuti sebuah seminar penulisan di Newseum Cafe di Jl. Veteran. Kenapa saya tertarik ikutan? Seminar ini diselenggarakan oleh Komunitas Penulis Pengelana dengan menghadirkan pembicara Mas Teguh Sudarisman, Editor in Chief Majalah Liburan. Nah, majalah dan narasumbernyalah yang menjadi point plus dari seminar ini. Saya termasuk penggemar majalah Liburan, bahasanya sederhana, pembahasannya juga menarik, termasuk berbeda di kalangan majalah sejenis yang menawarkan kemewahan di kemasan ataupun penyajian isinya.
Oiya, daripada menggunakan kata seminar, saya lebih suka menyebutnya “belajar bersama”. Kemampuan Mas Teguh dalam menyampaikan pembahasan tak usah ditanya lagi, sangat handal sekali! Salut juga dengan panitianya karena memulai acara on time jam 9 pagi. Selama sekitar 7 jam diselingi istirahat, Mas Teguh sharing tentang 3 hal, Travel Writing, Travel Photography, dan Build a Career as a Travel Writer.
Baru di pembahasan Travel Writing saja, Mas Teguh sudah membuat saya memimpikan ini itu. Ia menjabarkan alasan-alasan mengapa harus menjadi travel writer daripada jadi traveler biasa. Beberapa di antaranya yang pasti membuat anda tergiur adalah:
1. Punya privilage untuk mendatangi tempat atau fasilitas istimewa dan melihat behind the scene yang tidak dapat dinikmati semua orang.
2. Bisa memperoleh banyak penghasilan jika tahu cara mengelola tulisan, foto, dan aspek-aspek traveling lainnya.
3. Travel Writer adalah profesi yang fun.
Sebenarnya masih banyak alasan lainnya, tetapi untuk saya yang suka menulis dan traveling, 3 alasan di atas sudah menjadi alasan yang lebih dari cukup. Selama pembahasan Travel Writing ini, Mas Teguh juga menjelaskan apa saja privilege yang bisa travel writer dapatkan. Ia juga memandu kita bagaimana caranya untuk memulai menjadi penulis profesional. Ada ukuran yang bisa menjadi patokan kita untuk mencapai tahap profesional itu. Sudah sampai dimanakah anda?
1. Berlatih Menulis
2. Berlatih memotret
3. Posting di blog atau facebook
4. Kirim ke media
5. Buat portofolio
6. Menggunakan portofolio untuk menjual diri
7. Menjadi spesialis
Ahh..agak gregetan sih ketika sadar kalau saya baru sampai tahap ke-3. Kalau anda sampai mana? 😉
Selain itu, Mas Teguh juga membahas seputar travel photography dan juga trik-trik bagaimana membangun karir menjadi Travel Writer “Dimuat di media, dapat yang gratis-gratis, KAPAN?”.
Oiya, di kegiatan belajar bersama ini, bukan hanya mas Teguh saja yang berbagi ilmu dan pengalaman. Ada juga 1 orang wanita dan 2 orang pria (ampun saya lupa namanya) yang berbagi pengalaman menjadi freelance travel writer di berbagai media. Mereka-mereka itu merupakan produk hasil Travel Writing Camp pertama yang diselenggarakan Komunitas Penulis Pengelana. Portofolio mereka banyak sekali, sangat menyentil saya dan teman-teman untuk segera menulis dan mengirimnya ke media.
Weleh-weleh, bisa panjang banget nih kalau saya menjelaskan semua bahasannya di blog. Lain kali, kalau ada seminarnya pasti saya umumin lewat blog. Harus ikutan ya! 😉 Oiya, ssst..saya dapet langganan gratis 3 bulan Majalah Liburan karena pertanyaan saya bagus lho. Komunitas Penulis Pengelana ini juga rencananya mau buat Travel Writing Camp yang ke-2. Nggak sabar banget euy!
Jadi tertarik untuk menjadi travel writer. Dan sepertinya, saya juga baru ada di posisi 3, dari tahapan untuk menjadi travel writer profesional.
Mau mau mauuuuu..
Travelling oh travelling..
sering jalan tapi ga bisa nulis, pengen banget bisa nulis tapi apa daya bedain enga pakai g satu atau dua aja gw masih bingung sampai sekarang
emang pertanyaanmu apa non, trus jawabannya gmna? ga dishare sekalian?
oiya, jepretanmu bagus
Mau jd travel writer niih..cuman butuh editor tulisan ku soalnya masih amatir. Takut basi bahasannya. Btw, slm knl ya! Mampir ke blog ku donk!
Travel Writing Camp yang ke-2 >>> update infonya dong kak buat tahun 2014 ada lagi ga?
banyak els, tapi kebanyakan di Jakarta euy..