Hidup Bersama & Menelanjangi Gay Selama 2 Minggu

Bersama rekan seperjalanan di Pantai Tanjung Tinggi, Belitung.

“Kalo gue sih nggak peduli dia straight or gay, selama dia happy sama hidupnya.” Kata-kata yang terlontar dari mulut seorang rekan membuat senyum terukir manis di wajah saya kala senja menyapa di Pantai Tanjung Tinggi, akhir bulan ke sembilan di tahun 2010.

Selama 2 minggu

dari penghujung bulan September hingga pertengahan Oktober, saya mendapatkan kesempatan untuk pergi menjelajah objek-objek wisata di Kepulauan Bangka Belitung dan Sumatera Selatan. Saya pergi bersama seorang rekan yang baru saya kenal. Tentunya, kami menemukan banyak keragaman di dua propinsi yang kami jelajahi. Mulai dari adat istiadat, kebudayaan, sejarah, sampai struktur sosial masyarakatnya. Tetapi, entah mengapa saya melihat keragaman dari sudut yang berbeda, dari sisi yang amat dekat dengan saya, dari orang yang menjadi teman hidup saya selama dua minggu, dari laki-laki yang tinggal dengan saya dalam satu ruangan, dari laki-laki yang tidak malu mengakui bahwa dirinya adalah seorang gay.

Nama lengkapnya Rainer Oktavianus. Ia keturunan Medan dan ada sedikit campuran Arab kalau menurut pandangan saya. Laki-laki yang biasa dipanggil Better ini memang tidak pernah tau asal-usulnya secara pasti karena ia diasuh oleh ibu angkatnya sedari kecil. Ia menyadari kalau di dalam tubuhnya mengalir hasrat penyuka sesama jenis sejak umur 8 tahun. Yang paling saya senang dan kagumi darinya, ia tak pernah menganggap homoseksual adalah suatu hal yang tabu untuk disembunyikan.

Saya mempunyai beberapa teman gay namun belum pernah tinggal bersama mereka di bawah satu atap. Mungkin saya mengalami apa yang disebut dengan “culture shock” selama beberapa hari pertama. Saya benar-benar seperti “menelanjangi”-nya. Wajahnya memang selalu ceria, semangatnya dalam menjalani hidup sangat luar biasa. Namun, sebagai manusia biasa dan sebagai kaum yang masih kontroversial keberadaannya di negara yang menjunjung tinggi budaya timur, tentu saja ia mempunyai masalahnya sendiri.

Selama kami menjelajah bumi selatan Sumatera, Better harus meninggalkan kewajibannya dalam mengurus sebuah festival film yang bertemakan LGBTIQ, Human Rights, & HIV/AIDS.* Bisa dibilang, festival film ini bukan festival film biasa karena banyaknya pro dan kontra dari berbagai kalangan. Kerap kali saya mendengarkan ia membaca berita-berita mengenai aksi penolakan FPI yang membuatnya geram dan terkadang sedih. “Mengapa kami ditolak? Mengapa FPI hanya melihat dari kulit luarnya saja? Mengapa menjadi kaum homoseksual itu salah di mata sebagian orang? Memangnya kami merusak/mengganggu  kepentingan umum  sampai harus dicekal?”

Dari semua kejadian di atas, saya menyadari betul kalau masyarakat kita begitu kompleks. Ada orang-orang yang open minded dan memandang keragaman adalah hal yang sangat lumrah di Indonesia, ada juga orang-orang yang masih agak susah menerima keragaman jika bertentangan dengan kebiasaan banyak orang. Menurut saya, tak ada yang benar dan tak ada yang salah. Setiap orang mempunyai hak untuk menerima dan memandang keragaman dari sudut pandang mereka masing-masing. Kita hidup di negara yang (katanya) demokratis, seharusnya keragaman dirayakan kan bukan ditentang? 😉

Itulah mengapa saya senang sekali mempunyai kesempatan bisa menelanjangi seorang gay. Ia mungkin berbeda dari kebanyakan orang yang menyukai lawan jenis tetapi ia adalah bagian dari keragaman Indonesia dan bahkan dunia. Apakah menjadi satu merah di antara seribu hitam itu salah? Saya selalu mencoba melihat semua hal dari sudut pandang yang berbeda. Kalau dicari celah atau salahnya, setiap hal pasti punya. Namun, ada hal yang lebih penting dari sekedar benar dan salah. Ada nilai-nilai kehidupan yang saya pelajari banyak darinya. Sebuah kesederhanaan dalam memandang hidup, sebuah kesabaran dalam menyelesaikan masalah, sebuah toleransi yang besar dalam menanggapi perbedaan yang ada, dan sebuah hati yang sangat lapang untuk menerima semua asam garam kehidupan.

Saya rasa keragaman memang diciptakan oleh-Nya untuk membuat kita bersatu dan merasakan indahnya perbedaan. Jadi mengapa harus dipermasalahkan? If  u have big problem with somethin’ different from usual, try to change ur point of view. There’s lotsa beautiful things out there u need to see with ur heart. Dear folks, let’s celebrating diversity!

*LGBTIQ: Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Intersex, & Questioning.

-Jakarta, 15 Oktober 2010-

19 thoughts on “Hidup Bersama & Menelanjangi Gay Selama 2 Minggu

  1. Better

    Heh! Sejak kapan gw keturunan Medan –”
    Hahahaha! Thanks yah Nengsi mau buat artikel ini *cups*

    Aman kan sekamar sama gw selama dua minggu. Hamil engga, seneng iyah 😀 Makasih juga sudah mau disiksa mendengar percintaan gw melalui telepon dengan boyfriend gw selama perjalanan *bwahahahahaha*

    @ipungimbuh sh : sudah ijin dia kok mas. udah bayar mahar :p

    Reply
    1. dancingsoul Post author

      Eh yg diomongin dateng jg, lho kamu bukan Medan? Pasti keturunan Cina ya!
      Ahh memori itu, thx a bunch ya bang udah ngurusin gw slama di hotel, maklum anak kampung ga ngerti kalo urusan tinggal di hotel :))

      *seribukecupelukuntukmu*

      Reply
  2. Ruslan Harianto

    ini bukan persoalan suka atau tidak suka, bukan pula persoalan keberagaman, tapi ini masalah aqidah.
    Dalam agama apapun tidak ada yang melegitimasi dan membenarkan hal ini, gay…?
    Dalam kitab suci, diceritakan bagaimana suatu kaum gay di musnahkan. Jadi menurut saya itu hanyalah sebuah penyimpangan seksual, dan saya sangat yakin bisa disembuhkan. Percayalah Better.. anda bisa sembuh dan hidup normal, Salam kenal dari Makassar

    Reply
  3. Annas Baihaqi

    Nice sharing, setiap org akhirnya belajar sebelum memvonis sesuatu yg dia anggap berbeda dengan dirinya, cobalah untuk melihat hal itu lebih dekat. Apakah seburuk yang dia kira ? Belum tentu.
    Someone can be judged cause be honest.

    Reply

Leave a Comment

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s