Bali seharusnya menjadi destinasi wisata saya ketika pertengahan Oktober sampai awal November kemarin. Namun sayang, masih banyak yang harus saya urus di ibukota. Padahal, di bulan-bulan berakhiran –ber itu banyak sekali acara penting seperti Ubud Writers & Readers Festival dan Balinale International Film Festival 2010. Tapi ternyata, ada satu lagi acara ritual yang boleh dibilang sangat beruntung sekali kalau kamu bisa melihatnya!
Namanya Upacara Pelebon. Karena penasaran, langsunglah jari-jari ini mencari tau di mbah google. Sebenarnya saya agak kaget karena saya baru bertemu dengan website Indonesia.Travel untuk pertama kalinya. Shame on me! Saya baru tau kalau Depbudpar kita punya situs travel yang sangat menarik. Dan tahukah kamu? Dari situs ini saya tau kalau ternyata saya baru saja melewatkan kesempatan langka melihat ritual yang biasanya hanya terjadi dalam kurun waktu 30 tahun sekali di Bali.
Gemas sekali, akhirnya saya pun hanya bisa membuat artikel tentang tradisi ini. Semoga dengan tulisan ini, kamu bisa mengeksplor Bali lebih jauh lebih dari sekedar pantainya saja ya. 😉 Here we go..
Mungkin akan lebih akrab di telingamu jika saya menyebutnya dengan Ngaben, namun upacara kremasi jenazah yang dilakukan khusus untuk kaum raja dan bangsawan ini disebut juga dengan Upacara Pelebon. Selasa, 2 November 2010 kemarin, Upacara Pelebon untuk Ida Dwagung Peliatan sebagai Raja Peliatan (Ubud) ke-9 baru saja dilakukan. Beliau meninggal di umur 71 pada tanggal 20 Agustus di tahun yang sama.
Upacara Pelebon mempunyai beberapa prosesi yang harus dilaksanakan sebelum puncaknya, salah satunya yaitu Pengusungan Naga Banda (patung berbentuk naga). Patung ini merupakan kendaraan yang dipercaya masyarakat Bali untuk mengantarkan arwah Sang Raja ke surga.
Kalau saat hari H-nya, kamu bisa melihat arak-arakan Bade Tumpang Solas tingkat 11 dengan ketinggian 25,5 meter. Bade sendiri adalah wadah untuk jasad yang diusung bersama sebuah replika lembu besar berwarna putih dengan perhiasan emas di tubuhnya. Si lembu ternyata memakai mahkota sesuai kedudukan orang yang meninggal dan nantinya akan dibakar bersama dengan jasad sang raja.
Dari alam kembali ke alam, begitulah tujuan dari upacara Pelebon atau Ngaben. Melalui proses kremasi, manusia lepas dari ikatan duniawi dan unsur-unsur pembentuk tubuhnya dikembalikan ke alam.
Upacara yang sudah terkenal sampai ke mancanegara ini sangat meriah dan bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan serta bermiliyaran rupiah. Semua alat yang dipakai dari mulai bade, naga banda, dan patung lembu harus dicuci dulu dengan air yang berasal dari mata air suci dalam Upacara Ngening. Wah, nggak heran kalau Pelebon menjadi upacara pembakaran jenazah paling megah di dunia!
Uniknya, tidak ada isak tangis yang mengiringi kepergian jasad dalam Upacara Pelebon. Yang ada hanyalah suasana gembira dan sukacita sepanjang arak-arakan. Hal ini bertujuan agar pihak yang sudah meninggalkan bumi bisa pergi dengan tenang. Walah..jadi makin penasaran, jarang-jarang bisa melihat dua hal kontradiktif yang terjadi bersamaan saat ritual agama sekaligus kebudayaan berlangsung. Ada upacara kematian dan juga lautan ekspresi kegembiraan dalam Pelebon.
Menurut teman saya yang asli Bali, upacara Pelebon kemarin membuat masyarakat lokal dan interlokal makin ingin menyentuh eksotisme Bali dan menelusuri jejak budayanya. Apalagi ditambah dengan Ubud yang baru saja dijadikan lokasi syuting untuk film Eat, Pray, Love. Bali makin tersohor!
Ahhh..setelah membaca-baca artikel di web Indonesia.Travel, rasanya saya semakin mantap ingin mengelilingi Indonesia dulu baru luar negeri dan semakin mantap ingin menulis tentang ibu pertiwi kita. Oiya sedikit tips, jangan pernah tinggalkan/lepaskan kameramu dari pandangan mata jika datang ke acara-acara seperti ini ya kawan, siapa tau foto-foto dan tulisanmu bisa masuk ke sebuah majalah/web yang mengulas dunia travelling 😉
*Follow Indonesia Travel on twitter @indtravel & also join their Facebook fanpage for more spectacular travel information from Indonesia. Enjoy the city & let’s travel responsibly!
Aku jd kangen Bali, Cy 😦
aku malah jd pengen bener2 eksplor Bali, kalo kesana pasti terlenaa eh tau-taunya udah harus pulang..
Kapaaan ya bisa menyaksikan acara2 seperti ini? *elus2 jenggot* :p
Aduh, kamu harus iri sama saya Luci, bukan maksudnya menyombongkan diri, tapi berada di tengah – tengah upacara Pelebon di Bali adalah salah satu impian dalam hidup, dan betapa menyenangkannya impian itu tercapai 😀
http://suzannita.wordpress.com/2010/11/10/sakralnya-pelebon-antar-raja-ke-nirwana/
btw salam kenal ya Luci 😀
lanjut *blogwalking*