Indonesia sudah makin tua sejak ia merdeka. Kamu semakin cinta atau semakin sebel tinggal di Indonesia? Kalau saya sih semakin cinta. Bukannya mau sok nasionalis ya, tapi kerasa banget kangennya sama rumah waktu saya sedang bekerja di suatu daerah atau sedang berlibur ke suatu tempat. Kalau saya dilahirkan kembali pun saya ingin dilahirkan di Indonesia. Kenapa? Alasan utamanya adalah karena batik berasal dari Indonesia dan saya tergila-gila padanya! 😀 *intermezzo* Ah jadi sedih, kalau ingat batik, saya jadi ingat Alm.Iwan Tirta yang baru meninggal kemarin. Semoga ada yang melanjutkan misinya melestarikan budaya kita yang paling oke itu ya! amin.
Wahh, nggak kerasa deh, perasaan baru kemarin saya ikut lomba makan kerupuk, lomba kelereng, lomba balap karung, dan segala macam lomba waktu duduk di bangku SD. Waktu jaman sekolah, kayanya rasa nasionalismenya kuat banget. Ah itu juga pasti karena didukung oleh pelajaran-pelajaran wajib ya. Kalau kamu juga merasa lebih nasionalis nggak waktu kecil? Ini sedikit cerita nasionalisme saya jaman SD-SMA:
1. Rajin upacara bendera setiap hari Senin.
2. Jadi paskibra waktu jaman sekolah.
3. Mengharumkan nama sekolah di bidang olah raga.
4. Nggak pernah bolos ikut les tari daerah (di kala yang lain latihan tari modern) >> antara kuper & cinta budaya Indonesia. haha..
5. Bikin kliping 27 propinsi (saat itu belum 33) dengan niat sebesar bola dunia & menghapalnya. Dan sempat hapal semua lho!
6. Hafal beberapa lagu daerah dan ternyata sampai sekarang masih hafal 😀
7. Membuat pelajaran sejarah lebih mudah untuk diserap. Saat itu saya dan beberapa teman membuat konsep teater untuk menceritakan sejarah-sejarah kerajaan Indonesia. Berhasil lho, jadi lebih cepat paham 🙂
8.Pelajaran favorit: Bahasa Indonesia & kesenian. Mungkin karena hobi saya baca & nulis kali ya, jadinya waktu pelajaran bahasa Indonesia, serasa lagi melakukan hobi! Kalau kesenian mah nggak usah ditanya lagi, namanya juga anak muda, lagi seneng-senengnya mencoba hal-hal baru. 😉
Lalu lalu setelah beranjak dewasa? Pastinya bentuk nasionalismenya sudah berubah. Eh, berubah jadi apa ya? Hmm let me check. Upacara, lomba 17-an, jadi paskibra, les tari daerah, aduh..kayanya udah nggak pernah deh! Trus bentuk nasionalismenya lari kemana dong? *tiba-tiba penulis merasa tak punya rasa nasionalisme lagi, warga Indonesia macam apa ini??*
Eng ing eng! Setelah disadari, ternyata nasionalisme saya di umur 22 ini pastinya berbeda dengan saya umur belasan tahun. Saya memberi kontribusi pada cabang yang saya suka dan kuasai. Saya membawa & mengharumkan nama Indonesia di setiap pekerjaan yang saya lakukan dan saya belajar banyak hal tentang Indonesia dari pekerjaan-pekerjaan ini:
1. Waktu libur kuliah, saya pernah bekerja di salah satu TV kabel & menjadi kru produksi untuk acara acara reality show yang bersifat dokumenter militer. Sejumlah masyarakat sipil ditempa untuk melakukan latihan ala Kopassus untuk memenangkan hadiah-hadiah yang menggiurkan. Sebelum semua peserta melakukan segala macam tes & halang rintang versi Kopassus, saya dan tim mencobanya lebih dulu. Wow, sakit & pegal di mana-mana, tapi bikin ketagihan! Selama proses syuting berlangsung, kami berpindah-pindah tempat sesuai area halang rintangnya. Mulai dari Batujajar (pusatnya Kopassus di Bandung), Lembang (yang dinginnya ampun-ampunan), Citatah (tempat saya belajar climbing & rappeling), sampai ke Cilacap untuk menjalani tantangan rawa & laut. Saya melihat Indonesia lebih jauh lagi! Saya pun jadi lebih menghargai polisi, ABRI, & Kopassus setelah mendengar cerita tentang pekerjaan & kehidupan mereka.
2. Menjelang semester akhir, saya magang (lalu lanjut bekerja) di salah satu TV lokal dan memegang program talkshow bertajuk Friends & The City. Konsep dari acara ini hampir mirip dengan Kick Andy, yaitu menghadirkan narasumber-narsaumber yang hidupnya menginspirasi masyarakat Indonesia. Mulai dari Teguh Ostenrik yang karya-karya seninya sudah mendunia, Nan T. Achnas sang filmmaker yang karyanya selalu mengandung unsur budaya Indonesia, Alm.Irwan Tirta tentang perjuangannya melestarikan Batik, sampai pernah menghadirkan orang asing yang sudah lama tinggal di Indonesia dan menguasai wayang & budaya Jawa. Lewat pekerjaan inilah pengetahuan saya tentang Indonesia semakin luas. Negara kita kaya sekali ya!
3. Di akhir bulan Oktober 2009, saya menjadi salah satu volunteer di Festival Film Internasional di Bali (Balinale). Ini pertama kalinya saya ke luar kota dengan uang saya sendiri 🙂 Ada kekecewaan & kebanggaan tersendiri selama bekerja di sini. Saya agak sedikit kecewa karena justru orang bulelah yang merancang & melaksanakan festival ini (meskipun Christin Hakim adalah pemrakarsanya). Tapi saya bangga ketika melihat film-film Indonesia diputar dan banyak orang asing yang menonton. Saya banyak bertukar cerita dengan mereka. Disinilah kesempatan saya untuk bercerita tentang Indonesia.
4. Di akhir tahun 2009 pun saya kembali menjadi volunteer Festival Film Internasional di Jakarta (Jiffest). Sebagai pendamping para filmmaker yang berasal dari luar negri, saya mendapatkan kesempatan kembali untuk mengenalkan & menyebarkan berita baik tentang Indonesia kepada orang asing.
5. Lalu saya pindah kerja dan mulai mengerjakan festival untuk anak-anak sebagai publicist. Rasanya seperti surga dunia bagi saya. Saya bekerja di dunia yang saya cintai, film & anak-anak. Festival ini menawarkan beragam acara & kegiatan kreatif yang bisa diikuti semua anak. Anak-anak diberi ruang khusus untuk berkarya & belajar. Dalam festival ini juga diputar film-film Indonesia jaman dulu, wah langka sekali bisa menonton film-film seperti Nakalnya Anak-Anak & Bing Slamet Sok Sibuk. Lewat pekerjaan ini, saya berkontribusi dalam hal mempromosikan kegiatan-kegiatan positif untuk anak Indonesia di waktu liburnya.
5. Di sela-sela mengerjakan festival anak, saya menjadi publicist untuk sebuah film Indonesia karya Hanung Bramantyo “Menebus Impian”. Ini debut pertama saya dalam film Indonesia dan rasanya tidak seperti sedang bekerja ketika menjalani passion! Saya bersama tim promo, sutradara, produser, dan beberapa pemain pergi ke beberapa daerah untuk mempromosikan film yang diluncurkan dalam rangka Hari Kartini. Mulai dari Jakarta, Bekasi, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Banjarmasin, sampai ke Makassar. Pengalaman pun bertambah melihat Indonesia, sayangnya kapasitas saya saat itu adalah bekerja, jadi tak bisa mengeksplor daerah-daerah tersebut lebih jauh.
6. Sampai di titik sekarang ini, saya bekerja freelance dan melakukan hal-hal yang saya suka. Mulai dari menulis, fotografi, dan mulai melakukan perjalanan wisata. Akhirnya! Oiya, saya juga mendaftar sebagai peserta program keliling Indonesia gratis yang diselenggarakan detik.com, semoga bisa masuk dalam finalis! Amin. Ayo teman-teman segera daftar di webnya ACIdetik.com 😉
Nah, itu dia sejenak cerita saya mengenai bentuk nasionalisme di era sekarang ini. Aku Cinta Indonesia? Pastinya dong! Kalau kamu mu mu? Share ya..
Hidupmu indah kawan… 🙂
Sukses yo buat ACI nya? lolos 5oo besarnya gak? 🙂
hai! terimakasih sudah mampir ya..
hidup setiap orang pasti juga indah kalau dijalani dgn passion 😀
ACI-nya kemarin lolos 500 besar, tinggal berdoa untuk tahap selanjutnya 😉
ucy lg bicara nasionalisme 😉
bicara tentang satu hal itu, (entah ini disa dikategoriin nasionalisme ato nggak, tapi biarlah gw menyangka ini nasionalisme versi gw sendiri.hihihihi) dulu setiap upacara bendera, gw selalu merinding ketika menghormat ke bendera merah putih sambil mendengar alunan lagu “Indonesia Raya”. Ternyata meskipun banyak yang bilang upacara itu mem-bete-kan, buat gw itu berguna juga.. gw jadi ngerasa jadi bagian dari negeri ini. gw ini bagian dr sebuah bangsa, bukan individu cuek yg berdiri sendiri. tapi udah brp tahun ya, nggak upacara lagi..?? (menghitung.. .hmmm udah lama juga… berarti.. gw udah tua juga… :p)
dan setelah menengok ke belakang, gw sdar bahwa ternyata sosok yang paling berjasa menumbuhkan dan memupuk semangat cinta negeri ke gw itu ya kakek. dulu waktu kecil kakek gw sering cerita perang! (maklum, veteran). dari situ gw jd selalu tertarik dengan kisah2 perjuangan membela negeri. dan tertarik sama sejarah indonesia.
hhmm.. abis baca tulisan lo, gw jd pengen:
1. menapaki jalan malioboro
2. beli suvenir hasil karya lokal.
3. menginjak pasir pantai senggigi
dan… banyaklah..
yuk2, kapan kita keliling indonesia, cy?? 😉