Diving – Belajar & Berkomitmen untuk Menaklukkan Diri

“Dua pertiga Indonesia kan terdiri dari air, sayang banget kalo saya nggak sampe bisa liat harta karun alam di dalemnya.” Itu jawaban saya ketika ditanya asisten instruktur “Alasan pengen diving?” waktu mengikuti kelas teori diving di kawasan Jl. Toko Tiga, Glodok.

Awal Januari 2011 pasca tahun baru, saya berkesempatan buat nyobain rasanya menyelam di salah satu kolam renang di Bandung. Kebetulan saat itu teman saya sedang melakukan refreshing karena sudah lama tidak menyelam. Rencananya sih sepulang dari sana saya mau langsung ngambil dive course, tapi akhirnya saya baru bisa serius nyiapin uang dan waktu untuk diving di bulan Juni 2011. Rasanya legaaa banget akhirnya punya dana dan waktu untuk olah raga yang satu ini. Waktu tahun 2006, saya cuma bisa nelen ludah ketika ada beberapa teman yang selalu memperlihatkan foto-foto divingnya. Ihh gregetan! Namanya juga anak yang baru masuk kuliah, duit hasil kerja serabutan ya palingan dipakenya buat nambahin bayar kosan atau kalau ada sisa ya buat patungan uang praktek di kampus. Bah, boro-boro diving deh, jaman kuliahan mah udah bisa makan 2 hari sekali aja udah bagus. Ealah jadi curhat. Lanjut!

Aduh itu maskernya fogging terus :p

“Emangnya harus punya license? Yang penting kan bisa berenang dan nyelem.” Pertanyaan dan pernyataan yang sering mampir nih. Pada dasarnya, penggunaan Surat Izin Menyelam sama saja dengan Surat Izin Mengemudi. Semua orang bisa naik motor/mobil tanpa license. Tapi ogah banget kan ditilang atau harus bermasalah/kecelakaan dan nggak punya surat izin? Begitu juga dengan urusan menyelam. Kalau kamu pengen nyelem di berbagai situs selam di IndonesiaDive License atau Sertifikat Menyelam adalah kunci menuju gerbang utamanya.

Setelah mengikuti 2 kali kelas teori dan 2 kali kelas praktek di kolam Senayan, saya bersama enam peserta ujian pun pergi ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu untuk mengikuti ujiannya. Kalau biasanya ujian dilaksanakan hari sabtu dan minggu, karena ada salah satu peserta yang berhalangan hadir hari Sabtu, ujian pun dilaksanakan hari Minggu & Senin 12-13 Juni 2011.

Kenapa fotonya nggak pas ada spot bagusnya :))

Hei, tau nggak kenapa artikel ini saya beri judul begitu? Banyak banget alasannya. Dari pertama punya niat untuk bikin dive license saja, saya sudah harus belajar menaklukkan diri yang kepengennya banyak banget. Kalo nggak dikontrol, duitnya nggak bakalan cukup. Oiya sekedar informasi, biaya untuk mengambil dive license itu mulai dari Rp 1,5juta. Tergantung ngambilnya di mana atau sama siapa. Kalau kemarin, biaya yang saya keluarkan untuk ikut kelas, trip untuk ujiannya, dan beli log booknya adalah sekitar 2,7juta. Itu di luar beli peralatan dasar untuk menyelam ya. Duh, maap lupa jumlah pastinya. Nah, banyak banget kan yang memang harus dibeli. Bisa sih pinjem, tapi beli seperangkat alat diving itu menurut saya adalah investasi. So, spend your money wisely! 😉

Menaklukkan diri bagian 2-nya adalah saat saya berada di kelas dan kolam untuk mempelajari teori dan pakteknya. Mendengar itu mudah, tapi mendengarkan dan menyerap itu butuh konsentrasi lebih. Apalagi kalau lagi ikut kelas teori yang berjalan sejak pagi sampai sore hari, materi memang bisa dicatet biar nggak lupa, tapi inti dari kelas teori ini supaya kita paham dengan melihat pengayaannya langsung atau lewat video.

Oiya, ngomong-ngomong nih, saya termasuk orang yang suka berenang (dengan gaya sesuka tangan kaki) tapi takut lompat ke air. Sesederhana dari pinggir kolam pun saya takut, saya harus duduk dulu baru nyemplung ke air, kalau ada tangga malah lebih bagus. Nah, hal lompat melompat inilah yang menjadi bentuk penaklukkan diri saya yang ketiga. Waktu tes menyelam untuk yang pertama kali (total 4x dive), si ibu instruktur mengajak kami semua ke pinggir dermaga. Setelah siap dengan semua peralatan, kita harus berdiri di pinggir dermaga dan melakukan giant step. Mau nggak mau harus lompat dong. Emang lompat bukan satu-satunya cara untuk masuk ke area air, bisa aja cemplungin satu set peralatannya ke air lalu kita turun ke laut pelan-pelan dan memakainya di dalam air. Tapi kalau kata instruktur saya, semua materi harus kita kuasai. Hasilnya? Deg-degan setengah mati tapi sekarang saya sudah terbiasa kalo disuruh lompat ke air. “Airnya empuk kok.” kata-kata insturktur saya selalu menjadi penenang paling ampuh setiap mau lompat ke air.

Dari satu spot menuju spot lainnya. Dive ke-3 udah makin lancar 🙂

Hmm.. apalagi ya edisi penaklukkan diri ke-4. Oiya, buoyancy control! Secara BCD + tabung oksigen yang melekat di punggung dan pinggang itu berat, keseimbangan tubuh kita di dalam air cenderung lebih berat ke belakang, apalagi saat turun ke bawah air. Bawaannya mau jomplang mulu ke belakang dan panik pun biasanya langsung menyergap. Alhasil, yang harusnya nafas itu lewat mulut, jadinya nafas lewat hidung. Wong hidungnya ditutup sama masker, udaranya ya ndak ada. Teknik-teknik untuk melatih bouyancy control pastinya bisa banyak kamu temukan dengan googling. Tapi, yang paling pertama harus dilakukan adalah jangan panik. Kalau kita sudah bisa mengontrol kepanikan, mengontrol apapun di dalam air pun akan terasa sangat mudah. Apa yang terjadi kalau tidak bisa melakukan buoyancy control? Waduh karang-karang di dasar laut bisa hancur karena badan dan peralatan divingmu. Bukan nggak mungkin kalau kamu nabrak ikan-ikan atau binatang lain dan menyenggol alarm rasa aman mereka.

Tadaa! Edisi belajar dan berkomitmen untuk menaklukkan diri yang kelima adalah urusan perut alias makan! Diving itu identik dengan makan. Di sela-sela 4x dive tentunya si perut meronta-meronta. Cape lho keliling di dalem air itu. Eits tapi capenya nggak sebanding sama apa yang bisa diliat (kalo ini tergantung tempat ya). Nah, jangankan diving, setiap naik ke kapal abis snorkeling aja saya maunya makann terus. Tapi hal yang satu ini bener-bener harus dikontrol. “Berhenti makan sebelum kekenyangan” benar-benar harus dipraktekkan saat diiving. Berdasarkan pengalaman saya kemarin, setelah menyelam di titik ke-2 dan naik lagi ke kapal, saya nyemilnya nggak karuan. Alhasil, pas menyelam di titik ke-3, saya seperti mual karena kekenyangan di dalam air. Untungnya masih bisa ditahan, kalau sampai muntah kan berabe.

Segitu dulu yang bisa saya share, soalnya berdasarkan pengalaman ujian kemarin ya baru segitu yang bisa saya bagi. Sesuai judul juga, jangan cuma belajar menaklukkan diri juga tapi harus berani berkomitmen untuk terus menaklukkan diri sendiri. Kenapa? Karena diving itu sendiri adalah komitmen dan attitude. Tunggu di tulisan saya berikutnya tentang mengapa saya diving itu komitmen dan attitude. Ayo yang udah punya license, jangan cuma didiemin aja di dompet. Nyelem bareng yuk! 😉

harusnya si mantan ikut, jadi ganjil deh jumlahnya :p

6 thoughts on “Diving – Belajar & Berkomitmen untuk Menaklukkan Diri

Leave a Comment

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s